Laporan Bacaan 4 Metode Penelitian_Ratna Pranesha (21016106)
VARIABEL DAN ETIKA PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Penelitian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Diampu oleh Dr. Abdurrahman, M.Pd.
OLEH KELOMPOK 4
1. TRI VIDYA RAHMADHANI / 21016049
2. RATNA PRANESHA / 21016106
3. SEPTIA WULANDARI / 21016043
4. LATIFAH MUTIA ARDI / 21016152
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
![]()
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kirimkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Variabel dan Etika Penelitian” dengan tepat waktu.
Makalah ini berisikan uraian secara tuntas Variabel dan Etika Penelitian. Semoga makalah ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karenanya saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Terima kasih,
Padang, Februari 2023
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang 1
- Rumusan Masalah 1
- Tujuan 1
- Manfaat 1
BAB II. PEMBAHASAN
- Variabel dalam Penelitian 2
- Etika dalam Penelitian 8
BAB III. PENUTUP
- Kesimpulan 14
- Saran 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah pemikiran yang teratur. Keteraturan menghendaki disiplin dan ini pada gilirannya diatur pula oleh etika. Etika ilmiah diperlukan dalam ketiga aspek ilmu pengetahan, yaitu pengajaran, penelitian, dan penerapan ilmu. Etika penelitian harus sudah mulai diperhatikan sejak penelitian dipersiapkan dan baru berakhir sesudah basil penelitian dipublikasikan. Dalam uraian ini akan dibicarakan sepintas lalu etika penelitian pada tiap-tiap tahapan penelitian.
Perbincangan mengenai variabel dan hipotesis merupakan bagian penting dan integral dalam penelitian kuantitatif. Keduanya merupakan unsur penting dalam aplikasi penelitian kuantitatif, karena penelitian kuantitatif mengandalkan variabel yang tepat dalam melakukan pengukuran dan analisis data. Demikian pula dengan hipotesis, dalam penelitian kuantitatif, ia merupakan pernyataan kebenaran tentatif yang akan diuji kebenarannya secara empirik. Sementara dalam penelitian kualitatif, lebih banyak bekerja menggunakan pola-pola daripada menggunakan variabel.
Demikian juga dengan hipotesis. Penelitian kualitatif tidak menetapkan hipotesis dari awal sebagaimana penelitian kuantitatif, tetapi hipotesis dibangun melalui data yang ditemukan ketika peneliti berada di lapangan. Karena itu, penelitian kualitatif diawali tanpa menggunakan hipotesis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu etika dalam penelitian ?
2. Apa itu variabel dalam penelitian ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui etika dalam penelitian
2. Untuk mengetahui variabel dalam penelitian
D. Manfaat
1. Mengetahui etika dalam penelitian
2. Mengetahui variabel dalam penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Variabel Penelitian
1. Pengertian Variabel
Penelitian Variabel berasal dari bahasa inggris variable dengan arti: “ubahan”, “faktor tak tetap”,atau “gejala yang dapat diubahubah”. Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Menurut Sugiyono, variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.2
Dalam bentuk jamak yaitu ta etha yang artinya adalah adat kebiasaan. Arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Sehingga, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Haryani & Setyobroto, 2022).
Pengertian variabel dapat pula dirumuskan sebagai variasi dari sesuatu yang menjadi gejala penelitian. Gejala penelitian dimaksudkan adalah suatu yang menjadi sasaran penelitian. Seperti contoh di atas, prestasi belajar adalah sasaran penelitian, maka prestasi belajar disebut gejala.(Nasution, 2017).
Kelinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari, sehingga merupakan representasi konkrit dari konsep abstrak. Sebagai contoh tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosisal, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Keddles dalam Surahman menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Secara teoritis, variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu objek dengan objek lain. Bervariasi berarti pada veriabel tersebut mempunyai nilai, skor, ukuran yang berbeda.
Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, kepemimpinan kepala sekolah, disiplin guru, merupakan atribut dari objek. Hasil belajar, kinerja guru, kreativitas belajar adalah merupakan contoh variabel penelitian pendidikan. Berat badan dapat dikatan variabel, Karena berat badan sekolompok orang itu bervariasi antara satu dengan yang lain, (ada berat badannya 25 kg, 50 kg, 67 kg dst). Demikian juga motivasi belajar dari siswa tentu bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang objek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi, maka peneliti harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi. Selain itu definisi variabel penelitian merupakan suatu objek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat diartikan bahwa variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian, dimana didalamnya terdapat faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Variabel dapat diartikan sebagai sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainnya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya. Dengan demikian, penekanan pada variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Untuk menentukan variabel yang baik ditentukan oleh lanadasan teoritis, ditegaskan oleh hipotesis dan tergantung dari rumit dan sederhana rancangan penelitian. JadI, jika peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, objek maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian haus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi. Fungsi ditetapkannya variabel adalah untuk mempersiapkan alat dan metode analisis/pengolahan data dan untuk pengujian hipotesis. Dengan demikian, variabel adalah suatu atribut, sifat tau nilai yang didapat dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan sekurang-kurangnya mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values), ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya. Jadi jika dikaitkan dengan proses pengukuran, maka variabel merupakan :
1. Besaran tertentu dari sifat suatu objek/orang (characteristic of objects or person)
2. Besarnya dapat ditangkap oleh pancaindra (observable)
3. Nilainya berbeda-beda dari pengamatan ke pengamatan berikutnya (differs from observation to observation)
Ada beberapa jenis variabel, antara lain:
a. Variabel Diskrit dan Variabel Kontinyu Nilai numerik yang diberikan pada variabel didasarkan pada sifat yang beragam. Misalnya untuk variabel yang bersifat dikotomi mempunyai dua nilai yang menunjukkan ada atau tidak adanya sifat tertentu, contohnya pria-wanita, pengangguran-bukan pengangguran. Variabel juga bisa terdiri dari dua kategori, misalnya, suku, agama, jenis perusahaan, dan lain-lain. Semua variabel-variabel dalam bentuk kategorikategori tersebut disebut variabel diskrit. Sedangkan pendapatan, suhu, umur, nilai ujian adalah contoh-contoh variabel kontinyu.
b. Variabel Bebas (Independent) dan Variabel Tak Bebas (Dependent)
Jenis variabel ini terutama digunakan dalam menganalisis hubungan antara variabel, yaitu variabel tak bebas dipengaruhi oleh variabel bebas. Misalnya, gaya belajar (variabel bebas) akan mempengaruhi prestasi belajar siswa (variabel tak bebas).
c. Variabel nominal, ordinal, interval, dan ratio Pengklasifikasikan ini didasarkan pada tingkat pengukurannya, yang akan dijelaskan secara lengkap pada kegiatan belajar berikutnya.
d. Variabel Kuantitatif dan Kualitatif Variabel kuantitatif menggunakan skala numerik atau metrik sehingga bisa ditransformasikan melalui operasi matematika dan analisis statistika yang lengkap. Sedangkan variabel kualitatif menggunakan skala non numerik (karakter atau string) atau non metrik. Teknik analisinya, baik operasi matematika atau teknik statistikanya, relatif lebih terbatas dibandingkan variabel kuantitatif
2. Macam-Macam Variabel Dalam Penelitian Pendidikan
Dalam penelitian pendidikan, sebenarnya ada cukup banyak variabel yang dapat digunakan. Berbagai macam variabel tersebut perlu dipahami oleh peneliti agar dapat menggunakan variabel tersebut secara tepat. Di bawah ini dijelaskan mengenai macam-macam variabel penelitian (Ulfa, 2019).
a. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen, sering disebut juga sebagai variabel bebas, variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi atau nilai yang jika muncul maka akan memunculkan (mengubah) kondisi atau nilai yang lain. Variabel independen merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Ulfa, 2019).
Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable), adalah variabel yang menjadi penyebab atau memiliki kemungkinan teoritis berdampak pada variabel lain. Variabel bebas umumnya dilambangkan dengan huruf X. Dengan demikian, jika ditinjau keberadaannya, variabel bebas pada umumnya terlebih dahulu muncul (ada), dan akan diikuti variabel yang lainnya. Dalam rangkaian kegiatan ilmiah, peneliti dalam menentukan variabel bebas tidak boleh secara sembarangan. Variabel bebas bukanlah suatu kondisi yang terlepas sama sekali dengan keberadaan variabel terikat (Ulfa, 2019).
Dengan demikian, keberadaan variabel bebas pada umumnya terkait atau ada hubungannya dengan keberadaan variabel terikat. Berikut ini adalah ciri-ciri variabel independen: Variabel yang menentukan variabel. Kegiatan stimulus yang dilakukan peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya. Dalam penelitian pendidikan, beberapa wujud penelitiannya adalah berupa penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan. Dalam penelitian eksperimen maupun penelitian tindakan, variabel bebas merupakan variabel yang dimanipulir (dirancang dan diimplementasikan) oleh peneliti.
Pada umumnya variabel bebas dalam penelitian eksperimen maupun tindakan tersebut berupa treatment (perlakuan) yang akan dikenakan pada subjek penelitian untuk dinilai dampaknya (hasil perubahannya). Dalam menentukan variabel bebas, peneliti perlu melandaskan teori yang kuat. Selain itu, peneliti perlu mengkaji teori-teori yang menguraikan keterkaitan antara keberadaan variabel bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu, peneliti perlu mengkaji dan memilih teori manakah di antaranya yang menjamin kuatnya keterkaitan keberadaan di antara kedua variabel tersebut. Dengan adanya alasan yang kuat (tepat) di atas maka peneliti dapat menentukan penggunaan variabel bebas dalam penelitian eksperimen. Misalnya: Pengaruh motivasi belajar (X) terhadap prestasi belajar (Y).
b. Variabel Pendahulu
Variabel pendahulu adalah variabel yang penampilannya mendahului variabel bebas dan berhubungan dengan variabel terikat.
c. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang secara struktur berpikir keilmuan menjadi variabel yang disebabkan oleh adanya perubahan variabel lainnya. Variabel tak bebas ini menjadi primaryinterest to the researcher atau persoalan pokok bagi si peneliti, yang selanjutnya menjadi objek penelitian. Dengan demikian, variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Sehingga variabel ini merupakan variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran variabel indpenden ini, akan memberi peluang terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam variabel independen. Artinya, setiap terjadi perubahan sekian kali satuan varibel dependen, diharap akan menyebabkan variabel dependen berubah sekian satuan juga. Sebalikanya jika terjadi diharapkan akan menyebabkan perubahan (penurunan) variabel dependen sekian satuan juga. Dengan demikian variabel dependen mempunya ciri:
· Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
· Asepek tingkah laku yang diamati dari suatu organiseme yang dikenai stimulus
· Faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
Sebagai contoh: Pengaruh Teknik Pembelajaran Tri Fokus Steve Synder (TFSS) (X) Terhadap Kemampuan Membaca Cepat Siswa (Y).
d. Variabel Moderator
Variabel Moderasi (moderating variable), adalah yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas. Variabel itu terkadang tidak dimasukkan ke dalam model statistik namun memengaruhi mutu hubungan antarvariabel- variabel tersebut. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen kedua. Analisis hubungan yang menggunakan minimal dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel independen, ada kalanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik yang kita gunakan.
Dalam analisis statistik ada yang dikenal dengan variabel moderator. Variabel moderator ini adalah variabel yang selain bisa memperkuat hubungan antara satu atau beberapa variabel yang selain bisa memperlemah hubungan antara satu atau beberapa variabel independen dan variabel dependen. Misalnya pengaruh teknik pembelajaran Tri Fokus Steve Synder (TFSS) (X) terhadap kemampuan membaca cepat siswa (Y) akan diperkuat dan diperlemah minat membaca siswa (M). Dalam contoh di atas teknik pembelajaran Tri Fokus Steve Synder (TFSS) adalah variabel independen dan kemampuan membaca cepat siswa adalah variabel dependen, dan minat membaca siswa adalah variabel moderator. Atau dengan kata lain, variabel moderator memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.
e. Variabel Intervening
Variabel antara (intervening variable), adalah variabel yang menjadi antara atau penyelang di antara hubungan variabel bebas dan tak bebas. Munculnya variabel antara setelah peneliti menelisik lebih mendalam teori yang diacu. Tuckman dalam Suherman menyatakan bahwa “intervening variable is an intervening variabel as that factor that theoretically offect the observed phenomenon but can not be seen, measured, or manipulated”. Variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independent dengan dependent, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini berperan menambah atau mengurangi efek variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam setiap penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, biasanya menemukan variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel (variabel moderator) yang sedang diukur. Secara teori setiap variabel ada sebagian variabel yang nilainya secara satuan relatif tidak dapat diukur secara pasti. Misalnya: terdapat pengaruh jumlah biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua terhadap gaya hidup mahasiswa dan akan berimbas pada IPK mahasiswa tersebut.
f. Variabel Kontrol
Variabel kontrol (control variable) merupakan variabel yang mengontrol pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Menurut Sugiyono, variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel control sering digunkaan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Variabel yang sering digunakan dalam penelitian mahasiswa, selain variabel moderator dan variabel intervening adalah variabel kontrol. Variabel ini, kualitas dan kuantitasnya bisa dikendalikan oleh peneliti sesuai dengan waktu dan tempat yang dikehendaki. Biasanya digunakan penelitian eksperimen. Secara skematis dapat dijelaskan pada bagan berikut ini. Contoh: pada kasus metode pembelajaran (X) memengaruhi kreativitas belajar siswa (Y). Penelitian ini melihat pengaruh metode pembelajaran terhadap kreativitas belajar siswa. Maka harus ditetapkan variabel control berupa pengalaman, atau jenis kelamin siswa. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah ada pengaruh metode pembelajaran berpengaruh terhadap kreativitas belajar siswa.
3. Definisi operasional variabel
Definisi operasional variabel adalah batasan dan cara pengukuran variabel yang akan
diteliti. Definisi operasional (DO) variabel disusun dalam bentuk matrik, yang berisi : nama variabel, deskripsi variabel (DO), alat ukur, hasil ukur dan skala ukur yang digunakan (nominal, ordinal, interval dan rasio). Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel.
Langkah-langkah mendefinisi operasionalkan variabel
1. Mencari definisi operasional variabel yang telah ditulis dalam literatur oleh peneliti sebelumnya. Kalau sudah didapat dan definisi tersebut cukup operasional, maka dapat langsung untuk dipakai. Kalau definisi tersebut belum operasional, maka kita harus mendefinisikan variabel tersebut seoperasional mungkin, sehingga memudahkan dalam penyusunan kuesioner.
2. Kalau dalam literatur belum ada definisi operasional variabel yang diperlukan, maka harus dibuat definisi opeasional sendiri dan mendiskusikan dengan sesama peneliti agar lebih operasional, sebelum digunakan.
3. Dengan uji coba kuesioner dengan jawaban terbuka, sehingga bisa dibuat definisi operasional suatu variabel.
B. Etika Penelitian
Ditinjau dari sejarahnya, etika penelitian bermula dari penelitian kesehatan dan medis. Setidaknya ada empat dokumen dan kejadian penelitian yang berpengaruh dalam perkembangan etika penelitian yaitu kode etik Nuremberg (The Nuremberg Code), Deklarasi Helsinki (The Declaration of Helsinki), Studi penyakit sifilis oleh Tuskegee (Tuskegee syphilis study), Kebijakan riset nasional (National Research Act), dan laporan the Belmont (The Belmont Report) (Heryana et al., 2020).
Etika penelitian pada dasarnya terdiri dua aspek yaitu etika dalam pengumpulan data penelitian, dan etika dalam mempublikasikan hasil penelitian (Heryana et al., 2020).
1. Etika dalam Pengumpulan Data Penelitian
Etika penelitian yang saat ini diberlakukan pada berbagai studi pada dasarnya menggunakan pendekatan deontologi (deontology approach). Pada pendekatan ini, prinsip etika diterapkan pada seluruh proses penelitian serta menghasilkan kerangka kerja umum dan universal sebagai pedoman pelaksanaan penelitian. Dengan pendekatan ini peneliti mendapatkan petunjuk tentang dalam membuat perencanaan riset yang terhindar dari kejadian yang secara potensial merugikan partisipan, dengan menerapkan strategi yang tepat. Berdasarkan pendekatan deontologi, terdapat empat prinsip dalam penelitian kesehatan yaitu:
1) menghargai otonomi partisipan (respect for autonomy)
2) mengutamakan keadilan (promotion of justice)
3) memastikan kemanfaatan (ensuring beneficence)
4) memastikan tidak terjadi kecelakaan (ensuring maleficence)
1. Prinsip-1: respect to autonomy
Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam melakukan riset kesehatan, peneliti harus menghargai kebebasan atau independensi responden dalam mengambil keputusan. Berdasarkan The Belmont Report, prinsip ini mengandung dua pandangan yaitu: 1) individu harus dianggap sebagai orang yang memiliki otonomi; dan 2) orang dengan otonomi rendah harus mendapatkan perlidungan. Strategi yang dilakukan untuk menjamin otonomi responden adalah dengan memberikan inform consent sebelum dilakukan pengumpulan data, memberikan hak kepada partisipan untuk mundur dari penelitian, dan tidak ada pemaksaan dari peneliti. Inform consent terdiri dari tiga komponen kunci yakni informasi, komprehensif, dan kesukarelaan. Inform consent merupakan proses untuk mendapatkan persetujuan dari partisipan yang akan terlibat dalam penelitian dengan memberikan informasi tentang studi yang dilakukan dan potensi kerugian serta manfaat yang akan didapat secara komprehensif sehingga secara sukarela bersedia mengikuti. Masih banyak peneliti menganggap bahwa pengisian inform consent merupakan kegiatan yang dijalankan secara formalitas saja. Padahal pengisian inform consent merupakan aspek yang sangat serius yang harus dijalankan dalam penelitian. Kesulitan dalam pengisian inform consent adalah menentukan apakah partisipan memiliki kemampuan untuk memutuskan sesuatu. Umumnya peneliti menggunakan batasan usia yaitu 16 tahun sebagai tolok ukur seseorang dapat memutuskan secara mandiri. Pada populasi tertentu batasan ini tidak berlaku karena keterbatasan fisik (kecacatan) dan mental partisipan, serta keterbatasan dalammendapatkan kebebasan seperti pada tahanan . Untuk itu ada tiga aspek kemampuan (capability) yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan seseorang mampu memutuskan secara mandiri, yaitu:
a. Partisipan harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengingat seluruh informasi kunci, dengan menyampaikan kepada mereka perkiraan pelaksanaan dan apa yang akan terjadi sebelum , selama dan setelah penelitian (information aspect)
b. Partisipan harus memiliki kemampuan menimbang risiko dan manfaat dalam mengikuti penelitian, serta memikirkan kemungkinan konsekuensi yang akan diterima (risk and benefit analysis aspect)
c. Partisipan harus memiliki kemampuan mengkomunikasikan apa yang dikehendakinya secara efektif dan jelas termasuk keinginan untuk tetap berpartisipasi atau mundur dari penelitian (communication aspect).
Contoh penerapan dalam penelitian kesmas: penelitian perilaku penyalahgunaan zat aditif (lem) yang melibatkan remaja putus sekolah dan mengamen di pinggir jalan. Pada studi ini peneliti harus menghormati keinginan para remaja yang tidak bersedia mengikuti penelitian serta tidak ada pemaksaan dari pihak manapun.
2. Prinsip-2: promotion of justice
Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality) dan keadilan (fairness) dalam memperoleh risiko dan manfaat penelitian, serta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan diperlakukan secara adil dan setara dalam penelitian. Misalnya: dalam sebuah penelitian ada kelompok yang cenderung mendapatkan risiko atau kerugian, sedangkan kelompok lain mendapatkan manfaat. Terkait dengan penelitian, terdapat tiga jenis keadilan yang didapat partisipan, yaitu:
a. Keadilan berkaitan dengan perolehan sumberdaya (distributive justice)
b. Keadilan berkaitan dengan hak individu (right-based justice)
c. Keadilan berkaitan dengan penghormatan kesamaan dalam hukum (legal justice)
Contohnya dalam penelitian kesmas: pada penelitian tentang kepatuhan terhadap pemeriksaan antenatal care yang melibatkan wanita hamil dari wilayah rural dan urban. Kedua kelompok wanita hamil ini harus mendapatkan perlakukan yang adil dalam pelaksanaan penelitian, misalnya adanya pemaksaan terhadap wanita hamil di pedesaan sementara di perkotaan tidak dipaksa.
3. Prinsip-3: ensuring beneficence
Prinsip ini menyatakan bahwa penelitian yang dijalankan akan memberikan sesuatu yang berguna bagi partisipan dan bagi komunitas yang terdampak. Penelitian bukan sekedar menghasilkan data yang diperoleh dari partisipan, namun juga memberi manfaat baik secara langsung dan tidak langsung bagi partisipan. Dalam prinsip beneficence terdapat dua aturan umum yaitu 1) jangan membahayakan atau merugikan partisipan; dan 2) maksimumkan manfaat dan minimumkan kerugian. Sehingga peneliti sebaiknya menilai risiko dan manfaat yang akan diperoleh partisipan dalam penelitian yang hasilnya harus dikomunikasikan kepada partisipan penelitian. Pengertian risiko disini adalah kemungkinan kerugian yang akan terjadi dan kejadian kecelakaan yang mungkin terjadi seperti kecelakaan dari sisi psikologis, fisik, hukum, sosial dan ekonomi.
4. Prinsip-4: ensuring maleficence
Prinsip ini menyatakan bahwa peneliti harus mencegah terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diharapkan dalam penelitian baik secara fisik atau psikologis bagi partisipan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran risiko dalam perencanaan penelitian. Terdapat dua konsep yang dijalankan untuk memastikan bahwa penelitian memiliki risiko yang rendah bagi partisipan yaitu anonymity dan confidentiality. Kedua konsep ini merupakan prinsip privacy dalam riset, yaitu melindungi informasi partisipan dalam penelitian.
a. Konsep anonim (anonymity concept). Konsep ini menyatakan bahwa peneliti sebaiknya menghilangkan seluruh informasi yang berkaitan dengan identitas responden saat menyampaikan hasil penelitian dan menampilkan data, seperti nama repsonden dan karakteristik lainnya. Proses ini disebut dengan deidentification. Dengan penerapan anonim maka akan terjamin kerahasiaan dalam penelitian. Namun konsep anonim tidak mungkin dilakukan pada desain penelitian longitudinal yang membutuhkan sistem pengkodean data berdasarkan identitas yang unik (misalnya: nomor KTP, tanggal lahir).
b. Konsep kerahasiaan (confidentiality concept). Konsep ini menyatakan bahwa peneliti sebaiknya memastikan data tersaji secara anonim, agar privasi partisipan terjaga serta data-data yang berkaitan dengan partisipan seperti alamat dan lainnya tersimpan dengan aman.
2. Etika Dalam Publikasi Hasil Penelitian
1. Etika-1: Kejujuran dalam membuat laporan Beberapa laporan hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal ternama ternyata setelah dilakukan investigasi oleh lembaga berwenang mengandung unsur kejahatan atau research misconduct. Kejahatan dalam publikasi hasil penelitian meliputi tiga jenis yaitu :
1. Memanipulasi data atau hasil penelitian kemudian menyimpan hasil tersebut dan melaporkannya (fabrication).
2. Memanipulasi material, alat, proses penelitian serta mengubah atau menghapus data penelitian sehingga hasil penelitian tidak sesuai dengan catatan penelitian (falsification)
3. Menyalin atau mengambil ide, proses, hasil, atau kata-kata milik orang lain tanpa menuliskan sumbernya atau memberikan kredit kepada pemilik aslinya (plagiarism).
Disamping ketiga hal tersebut, ada isu etik lain terkait dengan kejujuran dalam menyampaikan hasil penelitian yaitu:
a. Melaporkan variabel penelitian yang signifikan secara statistik saja, padahal peneliti melakukan studi multivariat yang hasilnya ada yang tidak signifikan
b. Membagi-bagi satu studi penelitian ke dalam beberapa artikel untuk mendapatkan “kum” atau kredit dalam publikasi atau piecemeal.
c. Membuat duplikasi publikasi pada berbeda jurnal and duplicate publication.
2. Etika-2: Konflik kepentingan
Etika dalam konflik kepentingan dilakukan ketika peneliti menyatakan pendapatnya mengenai masalah utama (kesehatan responden dan kejujuran penelitian) cenderung dilakukukan secara kompromis berdasarkan masalah sekunder (misalnya keuntungan pribadi). Contohnya: penelitian tentang keselamatan kerja di PT X dilaporkan oleh peneliti dalam kondisi baik meskipun kenyataannya kondisinya buruk. Ternyata riset yang dilakukan oleh peneliti didanai oleh PT X sehingga ada kepentingan tertentu.
Untuk menghindari hal ini, kebanyakan jurnal penelitian meminta penulis menyampaikan hal tentang ada tidaknya konflik kepentingan seperti sumber pendanaan riset. Dampak dihasilkan dari konflik kepentingan adalah menyebabkan individu dalam risiko, menghasilkan hasil yang bias, serta menghilangkan kepercayaan publik terhadap publikasi penelitian, serta mendorong orang-orang menyamakan partisipan penelitian sebagai hewan percobaan.
3. Etika-3: Kejujuran dalam kredit publikasi
Masalah etika lainnya dalam publikasi ilmiah adalah pengakuan atas “kepemilikan” publikasi atau sebagai penulis pertama. Secara umum, penulis pertama ditentukan berdasarkan kontribusi penulis baik secara kualitas maupun kuantitas, bukan berdasarkan status, kekuasaan, atau faktor lain. Untuk mengatasi hal ini, beberapa jurnal meminta penulis menyebutkan kontribusi masing-masing penulis jika publikasi didaftarkan sebagai tim
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian Variabel berasal dari bahasa inggris variable dengan arti: “ubahan”, “faktor tak tetap”,atau “gejala yang dapat diubahubah”. Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Menurut Sugiyono, variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.\
Etika penelitian pada dasarnya terdiri dua aspek yaitu etika dalam pengumpulan data penelitian, dan etika dalam mempublikasikan hasil penelitian. Ditinjau dari sejarahnya, etika penelitian bermula dari penelitian kesehatan dan medis. Setidaknya ada empat dokumen dan kejadian penelitian yang berpengaruh dalam perkembangan etika penelitian yaitu kode etik Nuremberg (The Nuremberg Code), Deklarasi Helsinki (The Declaration of Helsinki), Studi penyakit sifilis oleh Tuskegee (Tuskegee syphilis study), Kebijakan riset nasional (National Research Act), dan laporan the Belmont (The Belmont Report).
B. Saran
Semoga penulis akan selalu berlatih dalam pembuatan makalah, dan semoga pembaca mendapatkan manfaat dan ilmu dari makalah yang telah disajikan ini
DAFTAR PUSTAKA
Haryani, W., & Setyobroto, I. (2022). Modul Etika Penelitian.
Heryana, A., Unggul, U. E., & Emergency, H. (2020). Etika Penelitian. July. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.13880.16649
Nasution, S. (2017). Variabel penelitian. Raudhah, 05(02), 1–9. http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/raudhah/article/view/182
Ulfa, R. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik, 6115, 196–215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554
Komentar
Posting Komentar