Laporan Bacaan 14_Ratna Pranesha_21016106

 

Penelitian Tindakan Kelas

A.    Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.

Berdasarkan pada uraian di atas, PTK merupakan penelitian pula yang memiliki aturan dan prosedur sendiri. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan Classroom Action Research. Menurut Carr & Kemmis (Mc Niff 1991:2). Dari pandangan di atas dapat dipaparkan beberapa kata kunci berkenaan dengan penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

1.     Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri (penyelidikan) yang dilakukan melalui refleksi diri.

2.     Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang terjadi yaitu guru, murid, atau kepala sekolah.

3.     Dilakukan pada latar pendidikan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik pendidikan.

 

B.    Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan kebutuhan bagi seorang guru, dimana PTK berguna untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru. Manfaat PTK bagi guru sebagaimana berikut :

1.     PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dia dan muridnya lakukan. Daya reflektif dan kritis akan membawa perubahan baik pada guru itu sendiri maupun pada muridnya.

2.     PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti dibidangnya.

3.     Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam, terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang dikelasnya.

4.     Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

5.     Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

C.    Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda dengan penelitian pada umumnya. Adapun ciri khas penelitian tindakan kelas adalah :

1.     Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini terjadi masalah dan perlu diselesaikan.

2.     Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajarnya sendiri.

3.     Penelitian dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian fokus pada kegiatan pembelajaran berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.

4.     Memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang diprakarsai untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas secara langsung. Dengan kata lain, PTK dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Dalam penyusunan PTK syarat yang harus dilakukan adalah:

Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti.

1.     Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan

2.     Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.

3.     Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihakpihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

4.     Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

 

D.    Prinsip dalam Penelitian Tindakan Kelas

Penyusunan PTK harus mengacu pada prinsip-prinsip PTK. Hopkins mengemukakan ada enam prinsip yang harus diperhatikan dalam PTK, yaitu:

1.     Metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar

2.     Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan karena dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran.

3.     Metodologi yang digunakan harus reliable.

4.     Masalah program yang diusahakan adalah masalah yang merisaukankan, dan didasarkan pada tanggung jawab professional.

5.     Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan memiliki kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya.

6.     PTK tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

Menurut Suharsimi (2008:6-12) prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

1.     Kegiatan nyata dalam situasi rutin

PTK dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin dengan harapan bahwa peneliti akan mendapatkan data dalam situasi wajar sehingga hasil PTK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses belajar mengajar.

2.     Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Pada dasarnya manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi ada keinginan pada tiap diri manusia untuk menginginkan sesuatu yang lebih baik. PTK dilakukan oleh seorang guru bukan dalam konteks keterpaksaan atau permintaan dari pihak lain akan tetapi atas kesadaran atau inisiatif guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan berdampak pada peningkatan kualitas peserta didik.

3.     SWOT (strength: kekuatan, weakness: kelamahan, opportunity: kesempatan, threat :ancaman) sebagai dasar berpijak.

Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subyek tindakan diidentifikasi secara cermat. Sementara kesempatan dan ancaman dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dari pihak yang ada diluar guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subyek yang dikenai tindakan.

4.     Upaya empiris dan sistematis.

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga

5.     Prinsip SMART

yaitu : spesifik : khusus tidak terlalu umum, managable : dapat dikelola, dapat dilaksanakan, acceptable : dapat diterima lingkungan atau achievable: dapat dicapai, realistic : operasional, tidak diluar jangkauan, Time bond: diikat oleh waktu, terencana.

Sedangkan menurut Sudikin, dkk (2002:19-21) prinsip dari penelitian tindakan kelas adalah :

1.     Metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmen sebagai pengajar

2.     Metode pengumpulan data yang akan digunakan tidak menunutut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. dengan kata lain, guru mampu menangani prosedur pengumpulan data dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.

3.     Metodologi yang digunakan harus reliable

4.     Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan

5.     Dalam melaksanakan PTK, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaanya

6.     Permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dikelas atau matapelajaran tertentu, melainkan dalam prespektif misi sekolah secara keseluruhan.

 

E.    Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain:

1.     Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional

2.     Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya

3.     Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi

4.     Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional

5.     Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus

Sedangkan karakteristik PTK menurut Sukardi (2008 :211-212) yaitu :

1.     Problem yang dipecahkan merupakan persoalan parktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2.     Peneliti memberikan perlakuan atau treatment berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subyek peneliti.

3.     Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif

4.     Adanya langkah berfikir reflektif atau reflective thingking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kuantitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

F.    Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.

1.     PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.

2.     PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.

3.     PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.

4.     PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajarmengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.

 

G.   Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya:

1.     Model Kurt Lewin

PTK Model Kurt Lewin menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses spiral yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:

1.     Perencanaan (planning)

2.     Aksi atau tindakan (acting)

3.     Observasi (observing)

4.     Refleksi (reflecting)

 

2.     Model Kemmis dan Mc

Taggart Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Taggart tampak masih begitu dekat dengan model Lewin. Karena didalam satu siklus atau putara terdiri dari empat komponen seperti yang hanya dilaksanakan oleh Lewin yaitu meliputi : 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Namun setelah suatu siklus selesai dilaksanakan, khususnya sesudah refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang atau revisi terhadap implementasi siklus sebelaumnya. Berdasarkan perencanaan ulang tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri, demikian seterusnya sehingga PTK bisa dilakukan dengan beberapa kali siklus.

Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan olej Kurt Lewin, hanya perbedaanya pada tahap acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Hal ini karena kedua tahap tersebut oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan (Rochiati, 2008: 66) PTK model Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkatperangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap meruapakan satu kesatuan dalam siklus.

3.     Model John Elliot

Model John Elliot bila dibandingkan dengan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.

Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya.

4.     Model Dave Ebbutt

Menurut Dave model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh Elliot, Kemmis dan Taggart dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi didalam model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat dan perlu adanya pembenahan. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan Kemmis dan Elliot tetapi tidak sependapat mengenai beberapa interpretasi Elliot mengenai karya Kemmis. Ebbutt mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses refleksi-aksi (action-reflection).

Berdasarkan beberapa model PTK di atas yang paling sering dipakai dalam dunia pendidikan adalah model PTK yang dikemukakan oleh John Elliot. PTK model Elliot lebih mudah dipahami dalam pelaksanaanya dengan menekankan pada model spiral yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahapan yang dilakukan oleh PTK adalah terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat tahapan merupakan bagian yang tidak bisa dihilangkan dalam PTK.

5.     Debora South

Menyebutkan langkah-langkah penelitiannya sebagai penelitian tindakan dialektik (dialetic action research) yang terdiri dari empat langkah yaitu identifikasi suatu daerah fokus masalah, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, perencanaan tindakan. (Syaodih, 2013:146) dalam penelitian tindakan Debora menekankan pada identifikasi masalah sebelum melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

H.   Tahapan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

a.     Perencanaan (Plan)

Perencanaan merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan penelitian. Melakukan segala sesuatu harus didasarkan pada perencanaan. Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan (kolaboratif) antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan. Pada tahap ini, agar hasil penelitian menjadi obyektif maka diharapkan untuk bisa berkolaborasi. Biasanya pengamatan yang dilakukan pada diri sendiri memungkinkan munculnya subyektifitas.

Penelitian kolaborasi sangat dianjurkan bagi peneliti pemula atau guru yang belum pernah melakukan penelitian. Dalam praktik kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang mengamati adalah guru yang senior atau yang ahli dan perna melakukan penelitian tindakan. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga kegiatan dasar yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah (mengerucutkan identifikasi masalah), dan pemecahan masalah dengan tindakan yang dilandasi oleh teori yang ada.

b.     Pelaksanaan Tindakan (acting)

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu melakukan tindakan di kelas sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan. Sebelum melaksanakan tindakan perlu melihat kembali apakah rumusan masalah dan hipotesis yang dibuat sudah layak ataukah belum. Jika sudah layak maka langkah berikutnya yaitu menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan PTK sebagai berikut :

1.     Membuat rencana pembelajaran dan sekenario tindakan yanga akan dilakukan. Mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan

2.     Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, alat peraga, media, meja dan segala keperluan yang dibutuhkan dalam rencana pembelajaran.

3.     Menyiapkan alat perekam, cara merekam serta cara melakukan pengamatan pada proses dan hasil kerja siswa. Selain itu cara melakukan analisis data baik pada hasil observasi maupun pada hasil kerja siswa.

4.     Mempraktikan sendiri hasil rancangan yaitu mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan dan metode tindakan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus melihat jam mengajarnya.

c.     Pengamatan (observing)

Pengamatan merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamat bisa dari teman sejawat atau guru sendiri. Pada tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan kelas dengan melakukan pencatatan-pencatatan, perekaman, dokumentasi pada gejala-gejala yang muncul pada saat pelaksanaan tindakan.

d.     Refleksi (reflecting)

Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Pada tahap refleksi peneliti juga perlu untuk mengungkapkan hasil penelitian dengan megungkapkan kelebihan dan kekurangannya. Jika penelitin tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana penelitian berikutnya. Refleksi handaknya mengungkankan kendala pada tahap pertama dan kekuranganya sehingga pada tahap berikutnya bisa memperbaiki penelitian tindakan.

 

 

 

Daftar Pustaka

Mualimin. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Teori Dan Praktik. Pasuruan: Ganding Pustaka.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Bacaan 13_Ratna Pranesha_21016106