Laporan Bacaan 14_Ratna Pranesha_21016106
Penelitian Tindakan Kelas
A.
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research,
yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui
akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun
1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John
Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah
satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana
peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun
pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang
pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan
mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah
situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah
dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti
para peneliti konvensional pada umumnya.
Berdasarkan
pada uraian di atas, PTK merupakan penelitian pula yang memiliki aturan dan
prosedur sendiri. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan Classroom
Action Research. Menurut Carr & Kemmis (Mc Niff 1991:2). Dari pandangan di
atas dapat dipaparkan beberapa kata kunci berkenaan dengan penelitian tindakan
kelas sebagai berikut :
1. Penelitian
tindakan adalah suatu bentuk inkuiri (penyelidikan) yang dilakukan melalui
refleksi diri.
2. Penelitian
tindakan kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang terjadi
yaitu guru, murid, atau kepala sekolah.
3. Dilakukan
pada latar pendidikan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari
praktik pendidikan.
B.
Manfaat
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas merupakan kebutuhan bagi seorang guru, dimana PTK berguna untuk
meningkatkan profesionalitas seorang guru. Manfaat PTK bagi guru sebagaimana
berikut :
1. PTK
sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang
dia dan muridnya lakukan. Daya reflektif dan kritis akan membawa perubahan baik
pada guru itu sendiri maupun pada muridnya.
2. PTK
dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi
sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan
selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai
peneniliti dibidangnya.
3. Dengan
melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses
pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam, terhadap apa yang terhadap apa
yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan
pada masalah aktual dan faktual yang berkembang dikelasnya.
4. Pelaksanaan
PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu
meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang
terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan
melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan
upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik
pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
Penerapan
PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan
atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan
sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru;
meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
C.
Ciri-ciri
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda dengan penelitian pada umumnya.
Adapun ciri khas penelitian tindakan kelas adalah :
1. Munculnya
kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini
terjadi masalah dan perlu diselesaikan.
2. Dilakukan
melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap proses belajar
mengajarnya sendiri.
3. Penelitian
dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian fokus pada kegiatan pembelajaran
berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
4. Memiliki
tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
Penelitian
tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang diprakarsai untuk memecahkan
masalah dalam proses belajar mengajar di kelas secara langsung. Dengan kata
lain, PTK dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu proses
belajar mengajar di kelas serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan
masalah pembelajaran di sekolah. Dalam penyusunan PTK syarat yang harus
dilakukan adalah:
Harus
tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Menuntut dilakukannya pencermatan
secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan
sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh
peneliti.
1. Dilakukan
sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan
2. Terjadi
secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak
mengubah jadwal yang berlaku.
3. Harus
betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihakpihak yang
bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan
rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
4. Harus
benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan,
yaitu siswa yang sedang belajar.
D.
Prinsip
dalam Penelitian Tindakan Kelas
Penyusunan
PTK harus mengacu pada prinsip-prinsip PTK. Hopkins mengemukakan ada enam
prinsip yang harus diperhatikan dalam PTK, yaitu:
1. Metode
PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar
2. Metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan karena
dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran.
3. Metodologi
yang digunakan harus reliable.
4. Masalah
program yang diusahakan adalah masalah yang merisaukankan, dan didasarkan pada
tanggung jawab professional.
5. Dalam
menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan memiliki
kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
6. PTK
tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu
melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
Menurut
Suharsimi (2008:6-12) prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas sebagai berikut
:
1. Kegiatan
nyata dalam situasi rutin
PTK
dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin dengan harapan bahwa
peneliti akan mendapatkan data dalam situasi wajar sehingga hasil PTK dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
2. Adanya
kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Pada
dasarnya manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi ada keinginan pada
tiap diri manusia untuk menginginkan sesuatu yang lebih baik. PTK dilakukan
oleh seorang guru bukan dalam konteks keterpaksaan atau permintaan dari pihak
lain akan tetapi atas kesadaran atau inisiatif guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang akan berdampak pada peningkatan kualitas peserta didik.
3. SWOT
(strength: kekuatan, weakness: kelamahan, opportunity: kesempatan, threat
:ancaman) sebagai dasar berpijak.
Kekuatan
dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subyek tindakan diidentifikasi
secara cermat. Sementara kesempatan dan ancaman dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi dari pihak yang ada diluar guru atau peneliti dan juga di luar
diri siswa atau subyek yang dikenai tindakan.
4. Upaya
empiris dan sistematis.
Prinsip
keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga
5. Prinsip
SMART
yaitu
: spesifik : khusus tidak terlalu umum, managable : dapat dikelola, dapat
dilaksanakan, acceptable : dapat diterima lingkungan atau achievable: dapat
dicapai, realistic : operasional, tidak diluar jangkauan, Time bond: diikat
oleh waktu, terencana.
Sedangkan
menurut Sudikin, dkk (2002:19-21) prinsip dari penelitian tindakan kelas adalah
:
1. Metode
PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmen sebagai pengajar
2. Metode
pengumpulan data yang akan digunakan tidak menunutut waktu yang berlebihan dari
guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. dengan kata lain, guru
mampu menangani prosedur pengumpulan data dan ia tetap aktif berfungsi sebagai
guru yang bertugas secara penuh.
3. Metodologi
yang digunakan harus reliable
4. Masalah
penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup
merisaukan
5. Dalam
melaksanakan PTK, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi
terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaanya
6. Permasalahan
tidak dilihat terbatas dalam konteks dikelas atau matapelajaran tertentu,
melainkan dalam prespektif misi sekolah secara keseluruhan.
E.
Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai
paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang
relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain,
misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan
sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat
dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK
dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis
digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan
sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan
perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi
terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari
karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain:
1. Didasarkan
pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional
2. Adanya
kolaborasi dalam pelaksanaannya
3. Penelitian
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi
4. Bertujuan
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional
5. Dilaksanakan
dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus
Sedangkan
karakteristik PTK menurut Sukardi (2008 :211-212) yaitu :
1. Problem
yang dipecahkan merupakan persoalan parktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan
profesi sehari-hari.
2. Peneliti
memberikan perlakuan atau treatment berupa tindakan yang terencana untuk
memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat
dirasakan implikasinya oleh subyek peneliti.
3. Langkah-langkah
penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur
yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara
intensif
4. Adanya
langkah berfikir reflektif atau reflective thingking dari peneliti baik sesudah
maupun sebelum tindakan.
Berdasarkan
uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk
penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif
maupun paradigma kuantitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu
lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian
yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
F.
Jenis
Penelitian Tindakan Kelas
Ada
empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK
empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut
dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK
Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang
dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti
mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian.
Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan,
pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah
atau kelas.
2. PTK
Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila
orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses
penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya
peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta
berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga
dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di
sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak
awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK
Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan
apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya
berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam
pekerjaan sehari-hari.
4. PTK
Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajarmengajar. Di dalam kaitanya
dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi
atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan
diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang
paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
G.
Model-model
Penelitian Tindakan Kelas
Ada
beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, di antaranya:
1.
Model
Kurt Lewin
PTK
Model Kurt Lewin menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses spiral
yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian
tindakan kelas dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
1. Perencanaan
(planning)
2. Aksi
atau tindakan (acting)
3. Observasi
(observing)
4. Refleksi
(reflecting)
2.
Model
Kemmis dan Mc
Taggart
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Taggart tampak masih begitu
dekat dengan model Lewin. Karena didalam satu siklus atau putara terdiri dari
empat komponen seperti yang hanya dilaksanakan oleh Lewin yaitu meliputi : 1)
perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Namun setelah suatu siklus
selesai dilaksanakan, khususnya sesudah refleksi kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang atau revisi terhadap implementasi siklus sebelaumnya.
Berdasarkan perencanaan ulang tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri, demikian seterusnya sehingga PTK bisa dilakukan dengan beberapa
kali siklus.
Model
Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan olej Kurt Lewin, hanya perbedaanya pada tahap acting (tindakan)
dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Hal ini karena
kedua tahap tersebut oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan
observing merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan (Rochiati, 2008:
66) PTK model Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkatperangkat
atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat tahap yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap meruapakan satu
kesatuan dalam siklus.
3.
Model
John Elliot
Model
John Elliot bila dibandingkan dengan dua model yang sudah diutarakan di atas,
yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak
lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus
dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan).
Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang
terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara
terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih
tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses
belajar-mengajar.
Selanjutnya,
dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga
menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa
subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan
setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah,
tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John
Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model
sebelumnya.
4.
Model
Dave Ebbutt
Menurut
Dave model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh Elliot, Kemmis
dan Taggart dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi didalam model-model
tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat dan perlu adanya
pembenahan. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan
Kemmis dan Elliot tetapi tidak sependapat mengenai beberapa interpretasi Elliot
mengenai karya Kemmis. Ebbutt mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan
oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk
menggambarkan proses refleksi-aksi (action-reflection).
Berdasarkan
beberapa model PTK di atas yang paling sering dipakai dalam dunia pendidikan
adalah model PTK yang dikemukakan oleh John Elliot. PTK model Elliot lebih
mudah dipahami dalam pelaksanaanya dengan menekankan pada model spiral yang
diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahapan yang
dilakukan oleh PTK adalah terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat tahapan merupakan bagian yang
tidak bisa dihilangkan dalam PTK.
5.
Debora
South
Menyebutkan
langkah-langkah penelitiannya sebagai penelitian tindakan dialektik (dialetic
action research) yang terdiri dari empat langkah yaitu identifikasi suatu
daerah fokus masalah, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data,
perencanaan tindakan. (Syaodih, 2013:146) dalam penelitian tindakan Debora
menekankan pada identifikasi masalah sebelum melakukan perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
H.
Tahapan
dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
a. Perencanaan
(Plan)
Perencanaan
merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan penelitian. Melakukan
segala sesuatu harus didasarkan pada perencanaan. Pada tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan
secara berpasangan (kolaboratif) antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak
yang mengamati proses yang dijalankan. Pada tahap ini, agar hasil penelitian
menjadi obyektif maka diharapkan untuk bisa berkolaborasi. Biasanya pengamatan
yang dilakukan pada diri sendiri memungkinkan munculnya subyektifitas.
Penelitian
kolaborasi sangat dianjurkan bagi peneliti pemula atau guru yang belum pernah
melakukan penelitian. Dalam praktik kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan
adalah guru itu sendiri sedangkan yang mengamati adalah guru yang senior atau
yang ahli dan perna melakukan penelitian tindakan. Dalam perencanaan PTK
terdapat tiga kegiatan dasar yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah
(mengerucutkan identifikasi masalah), dan pemecahan masalah dengan tindakan
yang dilandasi oleh teori yang ada.
b. Pelaksanaan
Tindakan (acting)
Pelaksanaan
tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu melakukan
tindakan di kelas sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Sebelum melaksanakan tindakan perlu melihat kembali apakah rumusan
masalah dan hipotesis yang dibuat sudah layak ataukah belum. Jika sudah layak
maka langkah berikutnya yaitu menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan PTK
sebagai berikut :
1. Membuat
rencana pembelajaran dan sekenario tindakan yanga akan dilakukan. Mencakup
langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan
2. Menyiapkan
fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, alat peraga, media, meja dan
segala keperluan yang dibutuhkan dalam rencana pembelajaran.
3. Menyiapkan
alat perekam, cara merekam serta cara melakukan pengamatan pada proses dan
hasil kerja siswa. Selain itu cara melakukan analisis data baik pada hasil
observasi maupun pada hasil kerja siswa.
4. Mempraktikan
sendiri hasil rancangan yaitu mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan
mempertimbangkan waktu pelaksanaan dan metode tindakan yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu guru harus melihat jam mengajarnya.
c. Pengamatan
(observing)
Pengamatan
merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamat bisa dari
teman sejawat atau guru sendiri. Pada tahap ini, guru pelaksana mencatat
sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan siklus berikutnya. Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan kelas dengan melakukan pencatatan-pencatatan, perekaman, dokumentasi
pada gejala-gejala yang muncul pada saat pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi
(reflecting)
Merupakan
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini,
guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati
karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang
masih perlu diperbaiki. Pada tahap refleksi peneliti juga perlu untuk
mengungkapkan hasil penelitian dengan megungkapkan kelebihan dan kekurangannya.
Jika penelitin tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi
terakhir, peneliti menyampaikan rencana penelitian berikutnya. Refleksi
handaknya mengungkankan kendala pada tahap pertama dan kekuranganya sehingga
pada tahap berikutnya bisa memperbaiki penelitian tindakan.
Daftar Pustaka
Mualimin. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Teori Dan Praktik. Pasuruan: Ganding
Pustaka.
Komentar
Posting Komentar