Laporan Bacaan 6 Metode Penelitian_Ratna Pranesha_21016106
LAPORAN BACAAN METODE PENELITIAN PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
PERTEMUAN 6

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Abdurahman, M.Pd
OLEH:
Ratna Pranesha
21016106
PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA & DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
INSTRUMEN
PENELITIAN
A. Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah penelitian.
Instrumen penelitian berfungsi sebagai alat bagi seorang peneliti dalam
melakukan pengumpulan data penelitiannya. Penggunaan kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data yang tepat dapat mempengaruhi kualitas
hasil penelitian itu sendiri. Terdapat perbedaan pada penggunaan instrumen
penelitian dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Penelitian
kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas,
reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sedangkan dalam penelitian
kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap
peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.
B. Pentingnya
Instrumen Penelitian
Sebagaimana telah
di singgung sebelumnya, bahwa sebelum pengumpulan data terlebih dahulu peneliti
harus membuat instrumen peneliti. Instrumen penelitian pada dasarnya merupakan
nyawa dalam penelitian dengan data primer. Hal ini dikarenakan instrumen
penelitian yang baik akan menghasilkan data yang baik, data yang baik akan
menghasilkan simpulan penelitian yang baik pula. Dengan demikian kualitas dari
instrumen penelitian pada akhirnya menentukan kualitas hasil penelitian.
Instrumen
penelitian menduduki posisi penting dalam proses penelitian. Pentingnya
kedudukan instrumen inilah yang kadangkala dalam proses penelitian seperti
tesis ketika telah memasuki penyusunan instrumen penelitian proses bimbingan
memakan waktu yang lama. Lamanya waktu ini tidak lain dan tidak bukan adalah
dosen pembimbing menginginkan agar instrumen yang disusun mampu menghasilkan
data penelitian yang benar-benar berkualitas. Maka dari itu mempelajari teknik
penyusunan instrumen penelitian bagi para peneliti/mahasiswa adalah keharusan,
karena instrumen penelitian adalah “nyawa” dalam proses penelitian terutama
penelitian yang menggunakan data primer.
C. Macam-macam
Instrumen Penelitian
Ada beberapa macam
instrumen penelitian yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian ekonomi
syariah. Instrumen tersebut tidaklah digunakan semuanya dalam sekali
penelitian, namun sesuai dengan jenis dan pendekatan penelitian. Jika
pendekatan penelitian adalah kualitatif menggunakan instrumen berupa panduan
wawancara dan observasi lebih cocok, sementara itu untuk penelitian dengan
pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner akan lebih tepat.
1. 1. Instrumen Berupa
Panduan Wawancara
Wawancara merupakan
kegiatan tanya jawab antara pewawancara (peneliti) dengan terwawancara
(narasumber) mengenai suatu persoalan atau masalah yang sedang diteliti. Guna
mendapatkan data maka terlebih dahulu peneliti membuat panduan wawancara atau
guide interview. Guide interview pada dasarnya disusun sebagai pedoman saja,
namun pada praktiknya guide interview justru menjadi batasan dari
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada narasumber.
Artinya peneliti tidak menggali lebih dalam manakala ada hal menarik lainnya
diluar guide interview yang telah disusun.
Dengan demikian
guide interview seharusnya tidak menjadi patokan utama dalam pengumpulan data,
namun hanya berupa pedoman saja. Artinya peneliti masih memiliki peluang yang
lebih besar untuk melakukan eksplorasi terhadap masalah yang sedang diteliti.
Menurut Esterberg sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2011) terdapat tiga macam
wawancara antara lain sebagai berikut:
a. 1) Wawancara
Terstruktur
Pada wawancara ini,
peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternatif jawaban telah disiapkan, narasumber diberi pertanyaan
yang telah disiapkan kemudian pewawancara mencatatnya.
b. 2) Wawancara Semi
Terstruktur
Pelaksanaan
wawancara menggunakan model ini lebih bebas daripada wawancara terstruktur
yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karena tujuan wawancara ini
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
c. 3) Wawancara Tidak
Berstruktur
Wawancara tidak
berstruktur adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan
pedomanwawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan data-datanya. Pedoman wawancara hanya menggunakan garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Ada tujuh langkah
wawancara sebagaimana yang menurut Sugiyono (2011) yaitu sebagai berikut:
- Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
- Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
- Mengawali atau membuka alur wawancara
- Melangsungkan alur wawancara
- Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
- Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
- Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
2. 2. Instrumen Berupa
Kuesioner
Kuesioner merupakan
instrumen penelitian yang umumnya digunakan untuk penelitian dengan pendekatan
kuantitatif. Kuesioner berisi pernyataan[1]pernyataan yang disusun sedemikian
rupa tentang variabel penelitian.
Keuntungan menggunakan kuesioner
penelitian menurut Arikunto (2013) adalah sebagai berikut:
- Kehadiran peneliti bukan merupakan keharusan
- Dapat diisi secara serempak, artinya data dapat dikumpulkan sekali waktu dengan jumlah yang banyak.
- Responden dapat menjawab dengan cepat
- Responden tidak diharuskan menyebut nama aslinya, sehingga lebih leluasa dalam menjawab pernyataan.
- Semua responden menjawab semua pernyataan yang sama dengan responden lainnya
3. 3. Instrumen Berupa
Observasi
Observasi merupakan aktivitas pengamatan secara sistematis terhadap objek penelitian untuk memperoleh data penelitian dengan menggunakan semua indera. Melalui pengamatan maka dapat yang diperoleh lebih komprehensif. Faisal sebagaimana dikutip Sugiyono (2011) observasi memiliki beberapa macam seperti menjadi observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan dan samar serta dan observasi tak berstruktur. Menurut Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip oleh Idrus (2009) teknik observasi memiliki beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut:
- Pengamatan dilakukan berdasarkan pada pengalaman secara langsung
- Pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian dicatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
- Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data
- Sering terjadi keraguan pada peneliti, jangan-jangan yang dijaring nya ada yang melenceng atau bias dan memerlukan pengamatan ulang.
- Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mengerti situasi-situasi rumit
- Dalam kasus tertentu, saat teknik komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
4. 4. Instrumen
penelitian berupa Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu yang berupaya dikumpulkan kembali
oleh seorang peneliti untuk kemudian dijadikan sebagai sumber data. Instrumen
penelitian berupa dokumentasi bukanlah sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau
melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen. Akan tetapi
yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap
dokumen[1]dokumen tersebut bukan dokumen-dokumen mentah (dilaporkan tanpa
analisis).Untuk bagian-bagian tertentu yang dipandang kunci dapat disajikan
dalam bentuk kutipan utuh, tetapi yang lainnya disajikan pokok[1]pokoknya dalam
rangkaian uraian hasil analisis kritis dari peneliti (Sukmadinata, 2015).
D. Cara Menyusun
Instrumen Penelitian
Untuk mengembangkan instrumen yang
baik, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah
mengembangkan instrumen baik tes maupun nontes sebagai berikut.
1. 1. Menentukan tujuan
penyusunan instrumen
Pada awal menyusun
instrumen, perlu ditetapkan tujuan penyusunan instrumen. Tujuan penyusunan ini
memandu teori untuk mengonstruk instrumen, bentuk instrumen, penyekoran
sekaligus pemaknaan hasil penyekoran pada intrumen yang akan dikembangkan.
Tujuan penyusunan instrumen ini perlu disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Sebagai contoh,
ketika peneliti akan mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap
motivasi dan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Tentunya ada dua intrumen yang
perlu dikembangkan, instrumen pengukur motivasi dan instrumen pengukur
kemampuan berfikir tingkat tinggi.
2. 2. Mencari teori yang
relevan atau cakupan materi
Setelah tujuan
penyusunan instrument ditetapkan, selanjutnya perlu dicari teori atau cakupan
materi yang relevan. Teori yang relevan digunakan untuk membuat konstruk, apa
saja indicator suatu variabel yang akan diukur. Kaitannya dengan tes, perlu
dibatasi juga cakupan materi apa saja yang menjadi bahan menyusun tes. Sebagai
contoh pada kemampuan berfikir tingkat tinggi, yang akan diukur harus memiliki
indikator pemecahan masalah (problem solving), kebaruan, kreativitas,
kontekstual dan lain-lain. Jika yang akan diukur adalah siswa SMP, cakupan
materi apa saja yang akan diukur perlu menjadi bahan pertimbangan.
3. 3. Menyusun indikator
butir instrumen/soal
Indikator soal ini
ditentukan berdasarkan kajian teori yang relevan pada instrumen nontes. Adapun pada
instrumen tes, selain mempertimbangkan kajian teori, perlu dipertimbagkan
cakupan dan kedalaman materi. Indikator ini telah bersifat khusus, sehingga
dengan menggunakan indicator dapat disusun menjadi butir instrumen. Biasanya
aspek yang akan diukur dengan indikatornya disusun menjadi suatu tabel. Tabel
tersebut kemudian disebut dengan kisi-kisi (blue print). Penyusunan kisi-kisi
ini mempermudah peneliti menyusun butir soal.
4. 4. Menyusun butir
instrumen
Langkah selanjutnya
adalah menyusun butir-butir instrumen. Penyusunan butir ini dilakukan dengan
melihat indikator yang sudah disusun pada kisi-kisi. Pada penyusunan butir ini,
peneliti perlu mempertimbangkan bentuknya. Misal untuk nontes akan menggunakan
angket, angket jenis yang mana, menggunakan berapa skala, penskorannya dan
analisisnya. Jika peneliti akan menggunakan instrumen berupa tes, perlu
dipikirkan apakah akan menggunakan bentuk objektif atau menggunakan bentuk
uraian (construted response). Pada penyusunan butir ini, peneliti telah mempertimbangkan
penskoran untuk tiap butir, sehingga memudahkan analisis. Jika perlu, pedoman
penskoran disusun setelah peneliti menyelesaikan penyusunan butir instrumen.
5. 5. Validasi isi
Setelah butir-butir
soal tersusun, langkah selanjutnya adalah validasi. Validasi ini dilakukan
dengan menyampaikan kisi-kisi, butir instrumen, dan lembar diberikan kepada
ahli untuk ditelaah secara kuantitatif dan kualitatif. Tugas ahli adalah
melihat kesuaian indicator dengan tujuan pengembangan instrumen, kesesuaian
indicator dengan cakupan materi atau kesesuaian teori, melihat kesuaian
instrumen dengan indicator butir, melihat kebenaran konsep butir soal, melihat
kebenaran isi, kebenaran kunci (pada tes), bahasa dan budaya. Proses ini
disebut dengan validasi isi dengan mempertimbangkan penilaian ahli (expert
judgement). Jika validasi isi akan dikuantifikasi, peneliti dapat meminta ahli
mengisi lembar penilaian validasi. Paling tidak, ada 3 ahli yang dilibatkan
untuk proses validasi instrumen penelitian. Berdasarkan isian 3 ahli,
selanjutnya penelitian menghitung indeks kesepakatan ahli atau kesepakatan
validator dengan menggunakan indeks Aiken atau indeks Gregory.
6. 6. Revisi berdasarkan
masukan validator
Biasanya validator
memberikan masukan. Masukan-masukan ini kemudian digunakan peneliti untuk
merevisinya. Jika perlu, peneliti perlu mengkonsultasikan lagi hasil perbaikan
tersebut, sehingga diperoleh instrumen yang benar-benar valid.
7. 7. Melakukan ujicoba
kepada responden yang bersesuaian untuk memeroleh data respons peserta
Setelah revisi,
butir-butir instrumen kemudian disusun lengkap (dirakit) dan siap diujicobakan.
Ujicoba ini dilakukan dalam rangka memeroleh bukti empiris. Ujicoba ini
dilakukan kepada responden yang bersesuaian dengan subjek penelitian. Peneliti
dapat pula menggunakan anggota populasi yang tidak menjadi anggota sampel.
8. 8. Melakukan analisis
(reliabilitas, tingkat kesulitan, dan daya pembeda)
Setelah melakukan
ujicoba, peneliti memeroleh data respons peserta ujicoba. Dengan menggunakan
respons peserta, peneliti kemudian melakukan penskoran tiap butir. Selanjutnya
hasil penskoran ini digunakan untuk melakukan analisis reliabilitas skor
perangkat tes dan juga analisis karakteristik butir. Analisis karakteristik
butir dapat dilakukan dengan pendektatan teori tes klasik maupun teori respons
butir. Analisis pada kedua pendekatan ini akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya.
9. 9. Merakit instrumen
Setelah
karakteristik butir diketahui, peneliti dapat merakit ulang perangkat
instrumen. Pemilihan butir-butir dalam merakit perangkat ini mempertimbangkan
karakteristik tertentu yang dikehendaki peneliti, misalnya tingkat kesulitan
butir. Setelah diberi instruksi pengerjaan, peneliti kemudian dapat
mempergunakan instrumen tersebut untuk mengumpulkan data penelitian.
· Cara Menyusun
Panduan Wawancara
Sebagai instrumen
penelitian, panduan wawancara harus disusun sedemikian rupa agar memudahkan
peneliti pada saat melakukan wawancara. Langkah-langkah untuk membuat panduan
wawancara adalah sebagai berikut:
a. 1. Menentukan Fokus
Penelitian
Masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian harus sudah ditentukan dari sejak
penyusunan proposal penelitian. Masalah yang telah ditentukan dapat memudahkan
peneliti membuat panduan wawancara penelitian.
b. 2. Menyusun daftar
pertanyaan
Wawancara merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, narasumber yang
diwawancarai harus orang yang menguasai informasi sesuai dengan topik yang
ditentukan. Selain itu, pewawancara harus melakukan persiapan yang matang.
Salah satu persiapan yang sangat penting adalah membuat daftar pertanyaan yang
akan diajukan kepada narasumber. Daftar pertanyaan sebaiknya tidak menyimpang
dari fokus atau tujuan dari penelitian.
c. 3. Memilih Narasumber
Pilihlah narasumber
yang memiliki data (informasi) atau keahlian sesuai dengan tujuan penelitian.
Jika dalam penelitian kuantitatif sumber data biasanya dikenal dengan sampel
penelitian namun pada penelitian kualitatif sumber data biasanya dikenal dengan
informan atau narasumber. Narasumber atau informan juga harus ditentukan sejak
penyusunan proposal penelitian. Peneliti dapat menentukan karakteristik dari
narasumber penelitian. Misalnya peneliti ingin mengetahui tentang pengelolaan
zakat di lembaga Zakat X, maka peneliti harus dapat menentukan siapa yang tepat
untuk menjadi informan tentang pengumpulan dana zakat, siapa yang tepat untuk
menjadi informan tentang penyaluran dana zakat dan seterusnya.
d. 4. Menentukan
Informasi yang Dibutuhkan
Informasi
yang dibutuhkan dalam wawancara dapat ditentukan dengan rumus 5W + 1H, yakni,
What (apa), Who (siapa), Where (di mana), When (kapan), Why (mengapa), dan How
(bagaimana). Susunlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya tersebut.
e. 5. Mengurutkan
Pertanyaan
Pertanyaan
diurutkan berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya, dari masalah yang mudah
ke masalah yang lebih sulit, dari masalah yang kurang penting ke masalah yang
penting, dan sebagainya.
f. 6. Melakukan Wawancara
dengan Memerhatikan Etika
Agar dapat
memperoleh informasi yang dibutuhkan, seorang pewawancara harus memahami etika
dalam berwawancara. Etika berwawancara tercermin pada penggunaan bahasa dan
sikap yang ditunjukkan kepada narasumber.
· Langkah Menyusun
Kuesioner
Langka-langkah
dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
a. 1. Mengidentifikasi
variabel-variabel yang akan menjadi objek penelitian.
Pada tahap ini
peneliti perlu menentukan semua variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut
sedari awal tentunya sudah dijelaskan dalam landasan teori. Pada proses ini
semua variabel baik independen ataupun dependen harus sudah jelas.
b. 2. Mencari/menentukan
indikator dari setiap variabel penelitian.
Mencari berkaitan
dengan teori atau konsep mengenai variabel tersebut, sementara menentukan
adalah peneliti harus memilih indikator mana yang akan digunakan. Pada variabel
tertentu para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai indikator sebuah
variabel, oleh karena itu sebaiknya peneliti sudah memastikan indikator dari
ahli mana yang akan digunakan. Pada proses ini sebaiknya peneliti menjelaskan
alasannya.
c. 3. Menyusun
butir-butir pernyataan setiap indikator variabel penelitian.
Setiap indikator
sebaiknya memiliki beberapa butir pernyataan. Butir-butir pernyataan sebaiknya
dibuat secara singkat dan jelas, sehingga responden tidak multitafsir dalam
memahami butir pernyataan. Pada instrumen penelitian berupa kuesioner peneliti
juga dapat menentukan mana pernyataan yang positif (favorable)atau butir
pernyataan yang (unfavorable).
d. 4. Menentukan skor
skala penelitian.
Penentuan skor juga
harus dilakukan oleh peneliti, sehingga responden yang menjawab pernyataan
dapat memahami dan mengerti jika menjawab “Setuju” mendapatkan skor berapa, dan
jika menjawab “Tidak Setuju” mendapat skor berapa dan seterusnya tergantung
jenis instrumen penelitian yang digunakan.
e. 5. Menentukan dimana
butir soal diletakkan.
Setelah butir-butir
pernyataan telah disusun kemudian dimasukkan kedalam kuesioner. Setiap butir
sebaiknya diletakkan pada nomor-nomor yang berjauhan guna menghindari pola
tertentu.
f. 6. Melakukan uji
coba instrumen
Instrumen penelitian yang telah
disusun tidak serta merta dapat digunakan untuk pengumpulan data, namun
terlebih dahulu harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Proses ini akan
dijelaskan pada BAB IV.
g. 7. Menggunakan
instrumen untuk Mengumpulkan Data
Setelah validitas
dan reliabilitas terpenuhi baru instrumen penelitian dapat digunakan untuk
mengumpulkan data
Komentar
Posting Komentar